Yogyakarta, infobreakingnews - Presiden Republik Indonesia membuka Symposium Fisheries Crime (FishCRIME) yang diikuti 45 negara dari lima benua di Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta, Senin (10/10 ). Dalam sambutannya, Presiden menyebutkan bahwa dalam dua tahun terakhir, produk bahari Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Pada tahun 2016, telah terjadi peningkatan ekspor sebesar 7,34 persen, bila dibandingkan dengan periode yang sama 2015.
Mengutip data FAO, Presiden menyatakan bahwa pada tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dalam hal produser produk bahari, atau dengan angka ekspor 6 juta ton.
Mengutip data FAO, Presiden menyatakan bahwa pada tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dalam hal produser produk bahari, atau dengan angka ekspor 6 juta ton.
“Angka itu masih di bawah potensi sesungguhnya, karena praktik ilegal fishing. Negara dirugikan sebesar US$ 20 miliar per tahun. Termasuk, mengancam 65 persen terumbu karang yang ada di lautan Indonesia,” ucap Presiden.
Pasca diberlakukannya penegakan hukum secara ketat, lanjut Presiden, hasilnya mulai terlihat, eksploitasi ikan secara ilegal di Indonesia mengalami penurunan antara 30 sampai 35 persen, sehingga tangkapan ikan meningkat dari 7,2 juta ton di tahun 2013 menjadi 9,9 juta ton di tahun 2015.
Lebih lanjut Presiden menegaskan tidak rela kejahatan laut di Indonesia dibiarkan begitu saja. Untuk itu, dengan adanya simposium internasional tersebut, diharapkan muncul kesepahaman dan komitmen bersama dalam memberantas kejahatan di lautan.
Sebab, ujar Presiden, kejahatan ilegal fishing juga dibarengi dengan kejahatan lainnya, sepertihuman trafficking, perdagangan narkoba dan kejahatan lainnya.
"Simposium ini bukti nyata komitmen dari aksi bersama kita dalam mengatasi persoalan kejahatan perikanan," ujar Jokowi.
Selama dua tahun terakhir, tambah Presiden, Indonesia serius berperang terhadap praktik ilegal fishing termasuk di dalamnya, penangkapan terhadap 236 kapal pencuri ikan. Presiden dalam hal ini, mengapresiasi penindakan hukum yang telah diterapkan terhadap kapal-kapal pencuri ikan dengan menenggelamkan ke laut.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, Indonesia mempunyai goodwill untuk memerangi kejahatan kelautan, dan saat ini, Indonesia menjadikan laut sebagai beranda. Laut, menurut Susi menjadi masa depan Indonesia.
"Laut menjadi beranda bukan dipunggungi sehingga harus bersih dari kejahatan," katanya.
Susi mengatakan ada banyak kapal-kapal eks asing ilegal yang beroperasi di Indonesia. Susi menegaskan, kejahatan perikanan, sudah menjadi kejahatan lintas negara, yang di dalamnya melibatkan kejahatan kepada manusia, human
trafficking, drug, arms smuggling hingga perdagangan satwa ilegal.
trafficking, drug, arms smuggling hingga perdagangan satwa ilegal.
Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang bertindak sebagai tuan rumah juga menyampaikan apresiasinya kepada Menteri Susi yang sudah dengan tegas memerangi kejahatan di lautan.*** Yohanes Suroso.