Arthur Anthoni Radja Pono, Kepala SDN 1 Seba di Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, mengatakan, mulai hari ini, Rabu (14/12/2016), hingga dua hari ke depan, sekolah diliburkan.
"Sebab polisi datang segel kami punya sekolah. Terpaksa ujian remedial beberapa bidang studi dihentikan. Nanti baru dilanjutkan," ujar Radja Pono saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Rabu (14/12/2016) pagi.
Dia memerintahkan para guru dan pegawai untuk merampungkan pekerjaan administrasi di rumah masing-masing.
Tentang kronologi kejadian, lanjut Radja Pono, saat peristiwa terjadi para murid sedang siap-siap mengikuti remedial bidang studi Matematika di kelas pada jam pertama sekitar pukul 07.30 Wita.
Saat kejadian, lanjutnya, ia tidak berada di sekolah. Ia sedang mengurus gaji di Bank NTT Unit Seba dan mengurus kerjasama membuka rekening Tabunganku, kerjasama sekolah dengan Bank NTT setempat.
Ia bercerita, sekitar pukul 07.00 wita ia memimpin apel anak-anak sebelum masuk kelas untuk mengikuti ujian remedial. Sekitar pukul 07.20 wita ia meminta guru-guru masuk ruang rapat lalu ia memberikan arahan terkait kegiatan ujian remedial. Setelah itu ia berangkat ke Bank NTT.
"Saat tiba di Bank NTT, tiba-tiba saya ditelepon oleh teman guru. Dia bilang: Bapa pulang dulu, ada keributan di sekolah. Saya kira orangtua murid datang berkelahi sama guru di sekolah," kisah Radja Pono.
Saat ia tiba kembali ke sekolah, ternyata pelaku sudah diamankan polisi dan anak-anak korban penikaman sudah dilarikan ke rumah sakit.
"Jadi informasi yang sebenarnya, cuma tujuh siswa saja yang terluka. Umumnya leher mereka mengalami luka robek. Dan tidak ada yang meninggal dunia. Guru-guru juga tidak ada yang terluka karena menghindar dan melarikan diri akibat takut," jelas Radja Pono.
Berikut nama-nama murid di sekolahnya, yang menjadi korban penikaman dan sayatan benda tajam. Juniarto Ananda Apri Dimu (11), luka robek pada pipi dan lengan kanan dalam serta luka robek di telinga bagian kanan; Naomi Oktoviani Pawali (10), luka pada leher dan bibir depan; Maria Katarina Yeni (8) luka pada leher dan luka robek pada jari telunjuk dan jari tengah; Gladis Riwu Rohi (11) luka robek di leher dan jari;
Berikutnya, Dian Suryani Koreh (11) luka robek di leher; Alberto Tamelan (10) luka robek di leher dan Adi Miha Djami (11) luka robek di leher.
"Sebab polisi datang segel kami punya sekolah. Terpaksa ujian remedial beberapa bidang studi dihentikan. Nanti baru dilanjutkan," ujar Radja Pono saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Rabu (14/12/2016) pagi.
Dia memerintahkan para guru dan pegawai untuk merampungkan pekerjaan administrasi di rumah masing-masing.
Tentang kronologi kejadian, lanjut Radja Pono, saat peristiwa terjadi para murid sedang siap-siap mengikuti remedial bidang studi Matematika di kelas pada jam pertama sekitar pukul 07.30 Wita.
Saat kejadian, lanjutnya, ia tidak berada di sekolah. Ia sedang mengurus gaji di Bank NTT Unit Seba dan mengurus kerjasama membuka rekening Tabunganku, kerjasama sekolah dengan Bank NTT setempat.
Ia bercerita, sekitar pukul 07.00 wita ia memimpin apel anak-anak sebelum masuk kelas untuk mengikuti ujian remedial. Sekitar pukul 07.20 wita ia meminta guru-guru masuk ruang rapat lalu ia memberikan arahan terkait kegiatan ujian remedial. Setelah itu ia berangkat ke Bank NTT.
"Saat tiba di Bank NTT, tiba-tiba saya ditelepon oleh teman guru. Dia bilang: Bapa pulang dulu, ada keributan di sekolah. Saya kira orangtua murid datang berkelahi sama guru di sekolah," kisah Radja Pono.
Saat ia tiba kembali ke sekolah, ternyata pelaku sudah diamankan polisi dan anak-anak korban penikaman sudah dilarikan ke rumah sakit.
"Jadi informasi yang sebenarnya, cuma tujuh siswa saja yang terluka. Umumnya leher mereka mengalami luka robek. Dan tidak ada yang meninggal dunia. Guru-guru juga tidak ada yang terluka karena menghindar dan melarikan diri akibat takut," jelas Radja Pono.
Berikut nama-nama murid di sekolahnya, yang menjadi korban penikaman dan sayatan benda tajam. Juniarto Ananda Apri Dimu (11), luka robek pada pipi dan lengan kanan dalam serta luka robek di telinga bagian kanan; Naomi Oktoviani Pawali (10), luka pada leher dan bibir depan; Maria Katarina Yeni (8) luka pada leher dan luka robek pada jari telunjuk dan jari tengah; Gladis Riwu Rohi (11) luka robek di leher dan jari;
Berikutnya, Dian Suryani Koreh (11) luka robek di leher; Alberto Tamelan (10) luka robek di leher dan Adi Miha Djami (11) luka robek di leher.